Sunindo Adipersada
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Sejarah Perusahaan
    • Visi dan Misi
    • Penghargaan dan Sertifikasi
    • Manajemen
    • Tata Kelola Perusahaan
      • Pedoman Kerja Dewan Komisaris
      • Pedoman Kerja Direksi
      • Sekretaris Perusahaan
      • Manajemen Resiko
      • Profesi Penunjang
      • Kode etik
    • Struktur Organisasi
    • Anggaran Dasar
    • Produk kami
      • Ozco
      • Sunindo Adipersada
    • Pelanggan
  • Hubungan Investor
    • Ikhtisar Keuangan
    • Saham dan Obligasi
    • Struktur Pemegang Saham
    • Laporan Keuangan
    • Dividen
    • RUPS
    • Keterbukaan Informasi
    • Prospektus
  • Berita dan Kegiatan
    • Berita
    • Kegiatan
  • Tanggung Jawab Sosial
  • Kontak
English

Sejarah Perusahaan

Visi Misi

Kontak Kami


PT Sunindo Adipersada, produsen boneka, membukukan penjualan senilai Rp 130 miliar pada semester I/2019. Penjualan di Januari-Juni tahun ini mencapai 43,33% dari total target penjualan di tahun ini senilai Rp 250 miliar. “Penjualan ekspor sekitar 85% dari total penjualan di tahun 2019,” ujar Iwan Tjen, pendiri dan CEO Sunindo. Sementara, penjualan domestik berkontribusi 15% dari total penjualan.

Sunindo, yang didirikan Iwan di tahun 1991, menghadapi beragam tantangan bisnis untuk menggenjot penjualan ke pasar luar negeri. Dinamika eksternal, misalnya, dihadapi perusahaan ini lantaran perang dagang Amerika Serikat-China yang terjadi sejak awal 2018. Hal ini memicu ketidakpastian perekonomian global. “Tapi, kami justru melihatnya sebagai peluang untuk Sunindo mengembangkan bisnis,” Iwan menegaskan.

Turbulensi bisnis tak hanya dihadapi Sunindo di era perang dagang itu. Di tahun 2000-an hingga 2010, bisnis perusahaan ini sempat terdampak oleh boneka impor dari China yang meluber di pasar domestik. “Bisnis itu seperti mainsurfing, kalau ada ombak, kami harus menyiapkan diri menunggangi ombak dengan baik, ini yang saya sampaikan ke manajemen perusahaan,” kata Iwan.

Filosofi bisnis ala Iwan tersebut dipraktikkan oleh manajemen untuk beradaptasi dengan kondisi bisnis global. Bukti ketangguhan Sunindo menangkap peluang bisnis terindikasi dari pencapaian omset di tahun 2016-2017 yang nilainya berkisar Rp 170 miliar-180 miliar.

Pemesanan dari konsumen global pun masih tetap mengalir. Living Puppets GmBH --perusahaan yang memproduksi Sesame Street-- misalnya, pada Oktober 2019 kembali memercayai Sunindo untuk memproduksi boneka. Salah satu karakter boneka Sesame Street yang terkenal dari produksi Sunindo adalah Elmo. Living Puppets menjalin kemitraan dengan Sunindo sejak 2013.

Boneka produksi Sunindo semakin dikenal ketika perusahaan ini membuatkanmerchandise untuk Pemerintah Indonesia di Sidang Umun PBB belum lama ini. Kemitraan dengan perusahaan global meningkatkan produksi boneka Sunindo.

Untuk menjaga kualitas produk seiring dengan peningkatan produksi itu, Sunindo melakukan modernisasi dan menambah mesin jahit, meningkatkan keterampilan 1.000 pegawai, meluncurkan boneka merek Ozco yang mudah dicuci serta berbahan ramah lingkungan dan aman, juga merekrut desainer artistik boneka yang terampil mewujudkan keinginan konsumen.

“Kami berkomitmen mewujudkan kepuasan klien kami, menyediakan layanan dan produk terbaik, dan memiliki sertifikasi internasional dalam hal kualitas produk dan proses produksi,” kata Iwan, menerangkan kiat perusahaannya menembus pasar ekspor. Boneka Ozco, brand boneka yang diciptakan Sunindo, dijual di mancanegara, bermitra dengan distributor di delapan negara.

Perusahaan mainan (boneka) internasional juga memproduksi boneka di pabrik Sunindo di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. Sebut saja,Wild Republic, Nature Planet, Hermes, Walmart, dan Starbucks. Penjualan Sunindo ke luar negeri itu diserap oleh pasar Eropa (40%), disusul Amerika Utara dan Kanada (30%), Australia (10%), dan Asia (5%).

Sunindo berhasil mempertahankan laju ekspor karena mengembangkan produk inovatif, menyediakan pelayanan konsumen nomor wahid, dan memberikancustomer experience yang bernilai tambah, seperti membuat boneka yang didesain khusus untuk memperkuat merek konsumen Sunindo. “Kami dikenal di dalam negeri dan luar negeri sebagai produsen boneka yang menyediakan rentang produk yang komplet dan inovatif,” kata Iwan.

Beragam perusahan global pernah tercatat sebagai pembeli boneka Sunindo, di antaranya Walmart, Rusberry, Bramaier, Pluco/Quele, Friedheim, Sigikid, Tiptop, Douglas, Keel Toys, boneka Elmo (Sesame Street), Hawaii, Puppet Company, Commonwealth, Daphne, Trudi, dan Mattel. Reputasi Sunindo melejit, pemesanan konsumen global kian meningkat. Sebagai contoh, Sunindo pada 2002-2016 ditunjuk Walt Disney Company membuat boneka karakter film animasi Ice Aged.

Contoh berikutnya, membuat produk berlisensi, yaitu Oggy and The Cockroaches. “Mainan yang digemari anak-anak ini telah didistribusikan ke seluruh dunia,” Iwan mengungkapkan. Oggy and The Cockroaches adalah animasi komedi yang diproduksi perusahaan Prancis, Gaumont Multimedia dan Xilam Animation.(*)


Sumber Berita
https://swa.co.id

Kementerian Perindustrian akan memberikan program pendampingan kepada PT Sunindo Adipersada, terkait implementasi industri 4.0 pada industri mainan.

PT Sunindo Adipersada yang sudah 27 tahun berdiri, menjadi satu satunya perusahaan mainan yang dipilih oleh Kementerian Perindustrian dan menjadi pilot project (Percontohan).

CEO PT Sunindo Adipersada Iwan Tjen mengatakan, Kementerian Perindustrian Kamis (15/8/2019) meninjau langsung ke pabrik mainan Sunindo yang berlokasi di Cileungsi, Jawa Barat.

Mereka memberikan masukan, jika ada kekurangan maka akan diberikan proses pendampingan menuju industri 4.0.

PT Sunindo terpilih karena dinilai telah menjadi perusahaan mainan yang besar dan sudah melakukan ekspor ke beberapa negara dan bisa menambah daya saing Indonesia.

“Hari ini kami kedatangan tim Kemenperin, melihat dan berdiskusi dengan kami terkait program pendampingan untuk implementasi industri 4.0.

Kita tahu semua bahwa perkembangan teknologi semakin pesat dalam industri, akan tetapi kami melihat khusus untuk industri boneka, perkembangan teknologinya tidak sepesat industri garmen misalnya. Banyak inovasi teknologi garmen yang tercipta seiring dengan perkembangan fashion masyarakat," kata Iwan Tjen dalam keterangan resminya.

Lebih lanjut ia mengatakan, Industri boneka dalam hal inovasinya berkembang pesat, tapi tidak didukung dengan inovasi teknologi, sehingga butuh skill tinggi untuk membuat boneka kekinian, yang memiliki kerumitan yang cukup banyak, karena masih menggunakan mesin yang lama.

PT. Sunindo Adipersada adalah salah satu perusahaan boneka terbesar di Indonesia yang mampu memenuhi kebutuhan pasar boneka Internasional. Juga sebagai perusahaan yang mampu memenuhi standar kualitas boneka dunia dan salah satu perusahaan yang selalu menggunakan material yang lolos uji Standar Nasional Indonesia (SNI), ICTI, ASTM, EN 71 dan standar2 lainnya sehingga sangat aman dimainkan oleh anak-anak.

Dari penilaian tersebut, PT. Sunindo Adipersada dianggap pantas menjadi pilot project untuk Industri 4.0. Bagaimana proses kerja dapat terpantau dengan cepat dan bisa mengurangi proses kerja yang memakan waktu lama untuk membantu perusahaan menjadi semakin produktif dan memangkas waktu secara signifikan.

Industri 4.0 merupakan program pemerintah untuk membawa industri manufaktur Indonesia bisa berdaya saing baik di dalam dan luar negeri.

“ Produk kami sudah diuji kualitasnya dan sangat laris di pasar ekspor baik di Amerika dan Australia yang menjadi market terbesar kami dan juga Eropa, Timur Tengah serta Asia. Industri mainan merupakan salah satu industri prioritas dan sudah menyerap lapangan kerja, kami termasuk perusahaan mainan yang juga sudah berkontribusi terhadap ekonomi nasional," ujar Iwan.

Secara market, industri mainan dunia terus tumbuh dari 2007-2017, pasar mainan dunia sudah mencapai angka US$ 89 miliar dan diprediksi naik lagi menjadi US$ 99 miliar pada 2022.

Indonesia termasuk salah satu pasar mainan terbesar di dunia dengan nilai ekspor sudah mencapai US$ 300 juta pada 2017.

"Saya berharap dan juga mendukung program pendampingan ini untuk dikembangkan lebih luas lagi dan bisa dirasakan oleh banyak perusahaan industri lainnya di Indonesia," pungkasnya.



Sumber berita
https://www.tribunnews.com
Beranda

PT. Sunindo Adipersada 2020